Rabu, 16 November 2011
Apa itu Kanker Payudara
Apa itu Kanker Payudara?
Kanker payudara adalah keganasan yang bermula dari sel-sel di payudara. Hal ini terutama menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada pria.
Anatomi Payudara Wanita
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana sel-sel ganas terbentuk pada jaringan payudara. Mari kita pelajari struktur anatomi payudara normal.
Payudara wanita terdiri dari kelenjar yang membuat air susu ibu (disebut lobulus), saluran kecil yang membawa susu dari lobulus ke puting (disebut duktus), lemak dan jaringan ikatnya, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), dan sebagian kecil bermula di jaringan lain.
Sistem Getah Bening
Sistem getah bening adalah salah satu cara utama kanker payudara menyebar. Sel-sel kanker payudara dapat memasuki pembuluh limfe dan mulai tumbuh di kelenjar getah bening. Jika sel-sel kanker payudara telah mencapai pembuluh getah bening di ketiak (node axilaris), tandanya adalah pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak. Bila ini terjadi maka kemungkinan besar sel-sel kanker juga masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi opsi pengobatan kanker dari dokter Anda.
Benjolan Payudara Bukan Kanker
Kebanyakan benjolan yang terjadi pada payudara adalah bukan kanker. Namun demikian, beberapa perlu diteliti dibawah mikroskop untuk memastikan mereka bukan kanker.
Perubahan Fibrokistik
Kebanyakan benjolan di payudara ternyata hanyalah perubahan fibrokistik. Istilah fibrokistik mengacu pada fibro dan kista. Fibrosis adalah pembentukan jaringan parut, sedangkan kista adalah kantung berisi cairan. Perubahan fibrokistik dapat menyebabkan payudara bengkak dan nyeri. Seringkali terjadi sebelum periode menstruasi dimulai. Payudara dapat terasa kenyal dan kadang keluar cairan bening/susu dari puting.
Jenis-jenis Kanker Payudara
Ada banyak jenis kanker payudara, namun beberapa di antaranya sangat langka. Kadang suatu tumor payudara tunggal dapat merupakan perpaduan dari jenis dibawah ini atau campuran antara kanker invasif dan in situ.
Duktal Karsinoma in situ (DCIS): ini adalah tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus ke jaringan payudara disekitarnya.
Sekitar 1 dari 5 kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker pada tahap awal ini dapat disembuhkan. Sebuah mamografi seringkali adalah cara terbaik untuk deteksi dini DCIS.
Ketika terdiagnosa DCIS, ahli patologi biasanya akan mencari area dari sel-sel kanker yang telah mati, disebut nekrosis tumor dalam sample jaringan. Bila nekrosis ditemukan, maka tumor agaknya lebih bersifat agresif. Istilah comedocarsinoma kadang digunakan untuk menjelaskan DCIS dengan nekrosis.
Lobular karsinoma in situ (LCIS): Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sendiri sering tidak menjadi kanker invasive, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi kanker payudara invasive pada payudara yang sama atau berbeda. Untuk itu, mamografi rutin sangat disarankan. Invasif (atau infiltrating) Duktal Karsinoma (IDC): Ini adalah kanker payudara paling umum dijumpai. Bermula dari duktus, menerobos dinding duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini, itu mungkin menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasive adalah jenis ini. Invasif (infiltrating) Lobular Karsinoma (ILC): kanker ini dimulai dalam lobulus. Seperti IDC, ia dapat menyebar (bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah dari jenis ini. ILC lebih sulit terdeteksi melalui mammogram daripada IDC.
Jenis-jenis Kanker Payudara yang Jarang Terjadi
Kanker Payudara Terinflamasi (IBC): Jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi ini, statistiknya adalah sekitar 1-3% dari semua kasus kanker payudara. Biasanya tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor. Sebaliknya, IBC membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Hal ini juga membuat kulit payudara tampak tebal dan mengerut, seperti kulit jeruk. Dokter biasanya baru mengetahui bahwa perubahan ini bukan disebabkan oleh inflamasi/peradangan atau infeksi, tetapi karena sel-sel kanker telah memblokir pembuluh getah bening di kulit. Payudara yang terkena biasanya lebih besar, kenyal, lembek atau gatal. Pada tahap awal, jenis kanker ini kadang salah diartikan sebagai infeksi payudara (mastitis) dan diobati dengan antibiotic. Bila tidak juga membaik, biasanya dokter akan menyarankan biopsy. Karena tidak terjadi benjolan, jenis ini biasanya tidak terdeteksi saat mammogram. Jenis kanker ini biasanya cenderung menyebar dan kelihatannya lebih buruk daripada tipe IBC ataupun ILC.
Penyakit Paget pada Puting: Jenis kanker payudara ini dimulai pada duktus dan menyebar ke kulit puting dan kemudian ke areola (lingkaran gelap di sekeliling putting). Jenis ini jarang terjadi (hanya sekitar 1% dari semua kasus kanker payudara). Tandanya adalah kulit puting dan areola pecah-pecah, bersisik, dan merah, dengan adanya area berdarah. Pasien biasanya melihat adanya area yang seperti terbakar atau gatal.
Penyakit Paget seringkali diasosiasikan dengan DCIS, atau lebih sering IDC. Pengobatannya seringkali memerlukan mastektomi. Jika DCIS hanya ditemukan (tanpa kanker invasif), ketika payudara diangkat, harapan sembuhnya sangat baik.
Penyebab Kanker Payudara
Kanker payudara terjadi karena adanya perubahan/mutasi tertentu pada DNA sel payudara. DNA adalah komponen kimia yang membentuk gen kita. Ada mutasi gen yang bersifat diwariskan (genetic), tetapi ada juga yang tampaknya terjadi dengan sendirinya tanpa diketahui penyebab pasti.
Faktor Terkait Gaya Hidup & Resiko Kanker Payudara
Tidak memiliki anak atau hamil di usia tua
Wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama diatas usia 30 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara sedikit lebih tinggi daripada yang bukan. Sering hamil pada usia muda, menurunkan resiko terkena kanker payudara. Mengapa ? Karena kehamilan menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita dalam hidupnya, inilah alasannya.
Menggunakan Pil KB
Studi menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB dalam jangka panjang memiliki resiko agak lebih besar terkena kanker payudara daripada yang bukan. Resiko ini kelihatannya menurun ke normal ketika penggunaan Pil KB tersebut dihentikan.
Menggunakan Terapi Hormon pasca Menopause
Terapi hormon pasca menopause (PHT) atau dikenal sebagai terapi pengganti hormone (HRT) dan terapi hormone menopause(MHT), telah banyak digunakan dalam kurun waktu lama untuk membantu meringankan gejala menopause dan mencegah timbulnya osteoporosis.
Pada dasarnya ada 2 jenis utama terapi hormone. Untuk wanita yang masih memiliki rahim, biasanya dokter meresepkan hormone estrogen dan progresteron (PHT). Untuk yang sudah diangkat rahimnya, dokter meresepkan hanya estrogen (ERT).
Penggunaan kombinasi hormone (PHT) diatas dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara maupun resiko kematian akibat kanker payudara tersebut. Peningkatan resiko ini dapat terjadi secepat 2 tahun sesudah penggunaan terapi hormone tersebut. Selain itu, biasanya kanker payudara ini juga cenderung ditemukan pada stadium lanjut.
Penggunaan terapi estrogen sendiri agaknya tidak meningkatkan resiko terkena kanker payudara secara signifikan (bila digunakan dalam jangka pendek), tetapi penggunaan dalam jangka panjang (diatas 10 tahun), ditemukan dapat meningkatkan resiko terkena kanker ovarium dan payudara. replacement therapy is the same for "bioidentical" and "natural" hormones as it is for synthetic hormones.
Tidak Menyusui Anak
Beberapa studi menemukan bahwa menyusui anak dalam jangka panjang (1.5-2 tahun), terutama dapat agak menurunkan resiko terkena kanker payudara. Penjelasan yang mungkin adalah karena menyusui menurunkan jumlah total siklus menstruasi wanita.
Alkohol
Penggunaan minuman berallohol amat jelas terkait dengan meningkatnya resiko terkena kanker payudara. Resiko semakin meningkat dengan jumlah allohol yang dikonsumsi. Wanita yang minum 2 hingga 5 gelas minuman beralkohol setiap harinya memiliki resiko 1.5 kali lipat lebih tinggi daripada yang bukan. Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan resiko terkena kanker mulut, kerongkongan, esophagus dan liver. Minuman beralkohol yang disarankan hanya 1 gelas saja sehari.
Obesitas atau Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan atau obesitas ditemukan dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara, terutama bagi perempuan paska menopause. Sebelum menopause, ovarium Anda menghasilkan sebagian besar estrogen. Setelah menopause, sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan lemak. Memiliki jaringan lemak berlebihan setelah menopause dapat meningkatkan probabilitas Anda terkena kanker payudara akibat tingkat estrogen.
Kurangnya Aktivitas Fisik
Berolahraga dapat mengurangi resiko kanker payudara. Pertanyaannya adalah berapa banyak latihan yang diperlukan ? Dalam sebuah penelitian dari Women's Health Initiative (WHI), sedikitnya jalan cepat 1.25 -2.5 jam per minggu dapat mengurangi 18% resiko terkena kanker payudara. Berjalan 10 jam seminggu dapat mengurangi lebih sedikit lagi resiko tersebut. Olahraga fisik yang disarankan adalah selama 45-60 menit, minimum 5 hari dalam seminggu.
Deteksi Dini Kanker Payudara
Istilah ini mengacu pada serangkaian test dan pemeriksaan yang digunakan untuk menemukan penyakit kanker payudara. Tujuan skrining adalah untuk mendeksi sedini mungkin kanker payudara sebelum mereka mulai menimbulkan gejala. Semakin dini kanker payudara ditemukan, maka semakin besar peluang keberhasilan pengobatan.
Ikutilah Panduan berikut ini untuk deteksi dini kanker payudara pada wanita :
Mamografi: Wanita berusia 40 dan lebih tua harus menjalani pemeriksaan mamografi setiap tahun dan harus tetap melakukannya selama kesehatan mereka baik.
Uji Payudara Klinis (UPK): Perempuan berusia 20 hingga 30-an tahun harus menjalani uji payudara klinis (UPK) sebagai bagian dari general check up regular oleh ahli kesehatan, setidaknya setiap 3 tahun sekali. Setelah usia 40 tahun, CBE disarankan dilakukan setiap tahun. Sebaiknya dilakukan sesaat sebelum mamografi dilakukan.
UPK ini merupakan pelengkap mamografi dan merupakan kesempatan untuk berdiskusi dengan dokternya tentang perubahan pada dada mereka, uji deteksi dini, dan faktor-faktor lain dalam sejarah wanita yang mungkin bisa meningkatkan resiko kanker payudara.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI sangat dianjurkan bagi para wanita, mulai usia 20-an. Segera periksa ke dokter jika Anda melihat perubahan ini pada payudara: sebuah benjolan/pembengkakan, iritasi kulit, nyeri pada puting susu atau puting melesek ke dalam, puting susu atau kulit payudara berwarna kemerahan atau bersisik, atau pengeluaran cairan/darah (bukan ASI) dari payudara.
Wanita berisiko tinggi (lebih dari 20% resiko seumur hidup) harus mendapatkan pemeriksaan MRI dan mamografi setiap tahun. Wanita dengan tingkat resiko moderat (15-20% resiko seumur hidup) harus mendiskusikan dengan dokternya tentang tambahan pemeriksaan MRI pada mamografi tahunan mereka. Pemeriksaan MRI tahunan tidak disarankan bagi wanita dengan resiko kanker kurang dari 15%.
Wanita beresiko tinggi adalah mereka yang:
diketahui memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
memiliki kerabat dekat (orang tua, saudara, adik atau anak) dengan mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, namun belum melakukan uji genetik sendiri
pernah menjalani terapi radiasi di dada ketika mereka berusia antara 10-30 tahun
memiliki sindrom Li-Fraumeni, sindrom Cowden, atau sindrom Bannayan-Riley-Ruvalcaba, atau memiliki kerabat tingkat pertama dengan salah satu sindrom diatas
Wanita dengan resiko moderat termasuk mereka yang:
memiliki riwayat pribadi kanker payudara, duktal karsinoma in situ (DCIS), lobular karsinoma in situ (LCIS), atipikal duktus hiperplasia (ADH), atau atipikal lobular hiperplasia (ALH)
memiliki payudara yang sangat padat atau tidak merata payudara padat ketika dilihat oleh mammogram
Mamografi
Suatu mamografi adalah pemeriksaan payudara dengan X-ray. Pada mamografi, payudara ditekan diantara 2 piring untuk meratakan dan menyebar jaringan. Prosedur ini sesaat mungkin kurang nyaman. Payudara kemudian dikompres ditekan selama beberapa detik. Seluruh prosedur untuk proses mamografi memakan waktu 20 menit. Hasilnya berupa gambar hitam putih pada film yang akan dibaca dan ditafsirkan oleh seorang ahli radiologi.
Apa yang diperhatikan dokter dari hasil mamografi:
Kalsifikasi yaitu penumpukan kecil mineral dalam jaringan payudara, yang terlihat seperti bintik-bintik putih kecil di film. Mereka mungkin atau mungkin tidak disebabkan oleh kanker. Ada 2 jenis kalsifikasi:
Makrokalsifikasi: deposit kalsium yang kasar (lebih besar), kemungkinan besar disebabkan oleh penuaan pada arteri payudara, luka lama, atau peradangan. Deposito tersebut terkait dengan kondisi non-kanker dan tidak memerlukan biopsi. Ditemukan pada sekitar separuh wanita di atas 50, dan sekitar 1 dari 10 perempuan di bawah 50.
Mikrokalsifikasi adalah bintik kecil kalsium di payudara. Mereka mungkin muncul sendiri atau dalam kelompok. Microcalcifications dilihat pada mamografi menjadi perhatian lebih, tetapi masih biasanya tidak berarti bahwa kanker hadir. Bentuk dan tata letak microcalcifications membantu ahli radiologi mendeteksi kemungkinan besar hadirnya kanker. Jika kalsifikasi tampak mencurigakan, biasanya pasien disarankan untuk biopsi.
Massa/daging, yang mungkin terjadi dengan atau tanpa kalsifikasi, merupakan perubahan penting yang terlihat pada mamografi. Massa dapat banyak hal, termasuk kista dan tumor padat non-kanker (seperti fibroadenoma), tetapi mereka juga bisa kanker. Massa yang bukan kista biasanya perlu dibiopsi. Ukuran, bentuk, dan batas tepi massa membantu ahli radiologi untuk menentukan apakah kanker hadir.
Adalah penting memberikan hasil mamografi tahun tahun sebelumnya kepada ahli radiologi Anda. Ini dapat membantu untuk menunjukkan bahwa massa atau kalsifikasi tidak berubah selama bertahun-tahun. Hal ini membantu justifikasi perlu tidaknya dilakukan biopsi.
Keterbatasan Mamografi
Suatu mamografi tidak bisa membuktikan bahwa suatu daerah abnormal adalah kanker. Untuk mengkonfirmasi apakah kanker hadir, sejumlah kecil jaringan harus diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Prosedur ini disebut biopsi.
Mammografi juga tidak bekerja dengan baik pada wanita muda, biasanya karena payudara mereka padat sehingga dapat menyembunyikan tumor. Ini juga mungkin benar bagi wanita hamil dan wanita yang menyusui.
Uji Payudara Klinis (UPK)
Dalam pemeriksaan ini, seorang dokter/ perawat profesional akan melihat payudara Anda untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas dalam ukuran atau bentuk, atau perubahan kulit atau puting payudara. Kemudian, dengan menggunakan bantalan jari-jari, dilakukan pemeriksaan/rabaan secara mendetail pada payudara Anda. Perhatian khusus akan diberikan pada bentuk dan tekstur dari payudara, benjolan apapun, dan apakah benjolan tersebut melekat pada kulit atau jaringan yang lebih dalam. Daerah di bawah kedua lengan juga akan diperiksa.
Gejala Kanker Payudara
Penggunaan mamografi secara luas telah meningkatkan jumlah temuan atas kanker payudara sebelum mereka menimbulkan gejala, tetapi beberapa masih tidak terjawab.
Tanda paling umum kanker payudara adalah benjolan atau massa baru. Benjolan yang tidak menyakitkan, keras, dan memiliki batas tepi tidak merata lebih cenderung kanker. Tetapi beberapa kanker lunak, lembut, dan bulat. Jadi, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila Anda menemukan sesuatu gejala yang tidak biasa di payudara Anda.
Tanda-tanda lain dari kanker payudara adalah sebagai berikut:
Bengkak pada seluruh atau sebagian payudara
Kulit iritasi
Payudara terasa nyeri
Puting susu nyeri atau putting melesak ke dalam
Kulit pada payudara atau putting susu berwarna : kemerahan, kulit bersisik, atau menebal
Keluarnya cairan/darah dari puting (selain ASI)
Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di daerah ketiak, bahkan sebelum tumor/benjolan pada payudara jelas terlihat/teraba.
Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami tanda-tanda diatas. Biasanya selain pemeriksaan fisik dan mamografi, dokter Anda mungkin perlu melakukan beberapa tes lagi, seperti di bawah ini :
Tes Imaging Kanker Payudara
USG Payudara: USG menggunakan gelombang suara. Gema gelombang suara diambil oleh komputer untuk membuat gambar/imaging organ tubuh di layar komputer. USG adalah tes yang baik digunakan bersamaan dengan mammografi. USG membantu membedakan antara kista dan massa padat pada payudara.
Ductogram (juga disebut galactogram): Ini adalah jenis X-ray khusus yang kadang-kadang digunakan untuk menemukan penyebab keluarnya cairan dari puting. Sebuah tabung plastik sangat tipis ditempatkan ke pembukaan duktus di puting. Bahan pewarna kemudian disuntikkan untuk melihat tampilan duktus pada gambar X-ray. Ini membantu mendeteksi adanya tumor dalam saluran. Biasanya cairan juga diuji untuk meneliti ada/tidaknya sel-sel kanker.
Biopsi
Biopsi dilakukan ketika tes lainnya memberikan indikasi kuat bahwa Anda terkena kanker payudara. Biopsi ada beberapa jenis:
Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy): Cairan/jaringan dikeluarkan dari benjolan lewat jarum halus untuk kemudian diteliti dibawah mikroskop oleh ahli patologi.
Jika biopsi ini tidak memberi jawaban yang jelas, atau dokter Anda masih belum yakin, biopsi kedua atau berbagai jenis biopsi mungkin diperlukan.
Biopsi jarum inti (Core Needle Biopsy): JARUM yang digunakan untuk tes ini LEBIH BESAR daripada biopsi jarum halus. Hal ini digunakan untuk mengangkat satu atau lebih jaringan inti. Biopsi ini dilakukan dengan anestesi lokal pada pasien.
dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Tidak memerlukan jahitan, dan hanya ada sedikit jaringan parut. Metode ini biasanya mengangkat lebih banyak jaringan dari biopsi jarum inti.
Bedah biopsy (open biopsy): Kadang-kadang diperlukan operasi untuk mengangkat semua atau sebagian benjolan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh massa serta beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil keluar. Hal ini dapat dilakukan sambil rawat jalan dan menggunakan anestesi lokal.
Jaringan yang telah diangkat melalui biopsi akan diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi untuk melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker. Jika tidak kanker, maka tidak ada perlakuan yang lebih diperlukan. Jika kanker, biopsi dapat membantu untuk memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah kankernya invasif atau tidak.
Grade Kanker Payudara
Jika kanker, sampel biopsi juga diberikan penilaian/grade 1-3. Kanker yang lebih terlihat seperti jaringan payudara normal cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Sebagai aturan, grade yang lebih rendah berarti kanker lebih lambat bertumbuh, sementara grade yang lebih tinggi berarti kanker lebih cepat berkembang. Grade membantu memprediksi hasil (prognosis) untuk wanita tersebut. Grade tumor merupakan salah satu faktor yang nantinya dipertimbangkan untuk perawatan/treatment pasca operasi.
Status Hormon Reseptor
Reseptor adalah protein pada permukaan luar sel yang dapat melekat pada hormon dalam darah. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang sering melekat ke reseptor beberapa sel kanker payudara sebagai bahan bakar bagi pertumbuhan mereka. Sample biopsi dapat diuji untuk melihat apakah sel-sel kanker memiliki reseptor untuk estrogen dan/atau progesteron. Jika tidak, sering disebut sebagai ER-positif. Ini berarti kanker tersebut cenderung memiliki prognosis/hasil lebih baik dan mereka jauh lebih mungkin berespons terhadap terapi hormon. Sekitar 2 dari 3 kanker payudara memiliki setidaknya salah satu reseptor.
Status HER2/neu
Sekitar 1 dari 5 kanker payudara memiliki terlalu banyak protein yang disebut HER2/neu. Tumor dengan adanya peningkatan HER-2/neu disebut "HER2-positif." Kanker ini cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada kanker payudara lainnya.
Pengujian HER2/neu harus dilakukan pada semua wanita yang baru ter-diagnosa kanker payudara. Kanker dengan HER2-positif dapat diobati dengan obat-obatan target terapi, seperti trastuzumab (Herceptin ®) dan lapatinib (Tykerb ®).
Tes laboratorium lain mungkin juga dilakukan untuk membantu mencari tahu seberapa cepat kanker tumbuh dan opsi perawatan apa yang dapat bekerja terbaik.
Uji Pola Gen (gene patterns)
Penelitian menunjukkan bahwa melihat pola dari sejumlah gen pada saat yang sama dapat membantu mengetahui apakah kanker payudara yang baru terdiagnosa cenderung kembali setelah pengobatan pertama atau tidak. Hal ini dapat membantu ketika memutuskan apakah perlakuan lebih, seperti kemoterapi ajuvan diperlukan. Sekarang ada 2 jenis bentuk tes ini - Oncotype DX ® dan MammaPrint ®. Dokter dapat memilih menggunakan atau tidak menggunakan jenis test ini. Riset untuk meneliti apakah uji pola gen ini benar-benar membantu masih terus berjalan.
Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah proses mencari tahu seberapa luasnya kanker tersebut pada saat ditemukan. Stadium kanker adalah faktor yang paling penting dalam memilih pilihan pengobatan. Tahap ini didasarkan pada apakah kanker tersebut invasif atau non-invasif, ukuran tumor, berapa banyak kelenjar getah bening yang terlibat, dan apakah telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Test untuk menentukan penyebaran Kanker Payudara
Dokter dapat menggunakan satu atau lebih test-test dibawah ini untuk mengetahui apakah kankernya sudah menyebar.
X-ray dada: untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke paru-paru.
Scan Tulang: untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke tulang.
CT scan (computed tomography)
MRI (magnetic resonance imaging)
USG dan Mamografi
PET scan (positron emission tomography)
Penentuan Stadium Kanker dengan system TNM
Sistem yang paling umum digunakan untuk menggambarkan stadium kanker payudara adalah sistem TNM. Sistem ini memperhitungkan ukuran tumor dan penyebaran (T), apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening (N), dan apakah telah menyebar ke organ yang jauh (M, untuk metastasis). Angka setelah T, N, dan M memberikan rincian tentang kanker.
Semua informasi ini dikombinasikan dalam proses yang disebut tahap pengelompokan. Tahap tersebut kemudian dinyatakan sebagai angka romawi. Setelah tahap 0 (karsinoma in situ), tahap-tahap lainnya I dengan IV (1-4). Beberapa tahap yang lebih lanjut dibagi dengan menggunakan huruf A, B, dan C. Sebagai aturan, semakin rendah jumlah, kurang kanker telah menyebar. Sejumlah lebih tinggi, seperti stadium IV (4), berarti kanker lebih maju. Kanker dengan tahap-tahap yang sama cenderung memiliki pandangan yang sama dan sering diperlakukan dengan cara yang sama.
Setelah melihat hasil tes Anda, dokter akan memberitahu Anda stadium kanker Anda. Stadium Kanker payudara dapat kompleks. Pastikan Anda meminta penjelasan dari dokter Anda untuk stadium kanker Anda dengan cara yang dapat Anda mengerti. Hal ini akan membantu Anda berdua memutuskan pengobatan terbaik.
Stadium kanker
O Disebut kanker payudara non invasif. Ada 2 tipe, yaitu DCIS (ductal carcinoma in situ) dan LCIS(lobular carcinoma in situ)
I Kanker invasif kecil (ukuran tumor < 2 cm dan tidak menyerang kelenjar getah bening)
II Kanker invasif (ukuran tumor 2-5 cm dan sudah menyerang kelenjar getah bening)
III Kanker invasif besar (ukuran tumor > 5 cm dan benjolan sudah menonjol ke permukaan kulit, pecah ataupun berdarah/bernanah)
IV Sel kanker sudah bermetastesis/menyebar ke organ lain seperti paru-paru, liver, tulang ataupun otak.
Jenis Pengobatan Umum
Pengobatan kanker payudara dapat digolongkan ke dalam kelompok besar berdasarkan bagaimana mereka bekerja dan kapan mereka digunakan.
Pengobatan Lokal atau Sistemik Pengobatan lokal digunakan untuk mengobati tumor tanpa mempengaruhi bagian tubuh lainnya. Pembedahan dan radioterapi adalah contoh-contoh pengobatan lokal.
Pengobatan sistemik diberikan ke dalam aliran darah atau melalui mulut dan bergerak ke seluruh tubuh untuk mencapai sel-sel kanker yang mungkin telah menyebar ke luar payudara. Kemoterapi, terapi hormon, dan target terapi perawatan sistemik.
Terapi Ajuvan & Neo-ajuvan
Ketika orang-orang tampaknya tidak memiliki kanker yang tersisa setelah pembedahan, namun masih diberikan pengobatan lebih, itu disebut terapi ajuvan. Pada saat ini dokter mungkin berpikir bahwa sel-sel kanker telah melepaskan diri dari tumor utama dan mulai menyebar melalui aliran darah. Sangat sulit untuk mengetahui apakah hal ini terjadi. Tapi jika hal ini terjadi, sel-sel kanker dapat mulai membentuk tumor baru di organ lain atau di tulang. Tujuan dari terapi ajuvan adalah untuk membunuh sel-sel tersembunyi. Tapi tidak setiap pasien membutuhkan terapi ini.
Beberapa orang diberikan pengobatan sistemik (paling mungkin kemoterapi) sebelum dilakukan operasi untuk mengecilkan tumornya. Hal ini disebut terapi neo-ajuvan.
http://www.cancerhelps.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar